Di artikel majalah GQ edisi September ini banyak hal yang cukup menarik perhatian gue:
1. DBSK dan Johnny’s Entertainment menyebarkan gaya “Hosomacho” dan gaya DBSK banyak ditiru club host.
2. Korea tidak menyadari kepopuleran DBSK di Jepang.
3. Agar bisa masuk toplist artis di Jepang, DBSK harus memeras keringat selama 5-6 tahun atas hasil mereka sendiri, tidak ikut-ikut ketenaran hallyu wave.
4. SM berencana membuat boyband dengan 6 member seandainya DBSK keluar.
So here’s the rough translation:
Desember lalu, ketika DBSK mulai menyanyikan Mirotic dan menari dengan baju yang memperlihatkan dada mereka, para fans tidak bisa berhenti menonton bahkan mengelus-ngelus TV mereka. Meskipun wajah-wajah itu tidak asing, badan mereka seakan-akan bukan milik DBSK. Image DBSK saat promosi album keempat mereka sama sekali berbeda dengan artis-artis SME lainnya. Mereka dipengaruhi oleh style “Hosomacho” alias “kurus tapi berotot” selama berada di Jepang dan pulang membawa image tersebut.
Jika kita membagi style grup-grup idola di Jepang menjadi tiga kategori, yang pertama adalah “Role Lolita” yaitu boyband yang berisikan cowok-cowok cantik dan manis. Kedua dinamakan “Yankees”, yang memiliki image nakal dan pemberontak. Baru yang ketiga “THSK Style”. Mengapa DBSK (atau TVXQ atau THSK, you name it) harus dibuat kategori sendiri? They simply don’t fit into the Lolita thing nor Yankees. Mereka berimage mature, sexy, luxurious sekaligus multitalented. Gaya ‘mewah’ DBSK ini sekarang banyak ditiru oleh host-host club di Jepang seperti di Gabukicho, Shinjuku. Orang Korea mungkin akan mengaitkan kata ‘club host’ dengan konotasi negatif dan berbau seksual, namun di Jepang menjadi host adalah pekerjaan populer bagi anak kuliah. Mereka hanya menyajikan alkohol dan menemani tamu ngobrol tanpa menyediakan sexual intercourse.
Dulu di club-club tersebut beberapa hostnya menggunakan gaya JE, namun sekarang dapat dilihat bahwa beberapa dari mereka jelas-jelas mengikuti gaya salah seorang member DBSK.
Karena banyak sekali grup idola Korea yang populer di seluruh Asia, orang-orang Korea menyangka bahwa ketenaran DBSK sama saja dengan artis lainnya. Termasuk popularitas mereka di Jepang. Benarkah begitu?
DBSK telah menjual hampir 200ribu kopi single terbaru mereka hanya pada minggu pertama saja. Ini membuat mereka berada di posisi dua dalam rekor penjualan pada Avex, agensi terbesar di Jepang. Satu-satunya grup yang mengalahkan DBSK adalah Exile yang beranggotakan 14 orang dan berpengaruh pada industry musik di sana. Rekor ini juga bahkan mengalahkan Amuro Namie, Hamasaki Ayumi, Koda Kumi dan BoA sendiri.
Mereka juga membuat pencapaian besar dengan enam kali menjuarai ranking penjualan single di Oricon yang paling bergengsi di Jepang sana. Sejak tahun 2000, banyak sekali artis yang mencoba masuk pasar Jepang seperti SES, Sugar, Park Junghyun, Rain, Se7en, SS501, Yoonha, K, Sunmin, Big Bang dan SJ. Namun hanya dua yang dapat posisi satu di Oricon chart, yaitu BoA (sekali) dan DBSK (enam kali). Mereka juga dengan suksesnya diundang ke Tokyo Dome dan mengadakan dua kali solo concert disana pada bulan Juli lalu. Tokyo Dome banyak diimpikan bahkan oleh artis Jepang sendiri, suatu kehormatan besar bagi artis pendatang untuk mengadakan konser disana.
Tetapi, seperti yang kitab suci katakan, “Seorang nabi tidak akan dihormati diantara umatnya sendiri.” Somehow, pencapaian sensasional oleh DBSK selama 5 tahun tersebut tidak pernah diapresiasi dengan baik di Korea. Juga, sangat menyedihkan melihat kesuksesan single terakhir mereka dicemari oleh kasus YooSuJae vs SME yang tak kunjung selesai dan rumor-rumor disbandment.
Mereka bukanlah artis yang ikut-ikut ketenaran artis lain dan hallyu wave. F-ING NO. Mereka bahkan meminta media Jepang untuk tidak mengasosiasikan nama DBSK dengan Hallyu. Mereka meminta pers untuk menarik artikel yang merelasikan DBSK dengan Hallyu wave. Mereka tidak mau dikenal sebagai artis numpang nampang, menunggu artis seniornya sukses dulu di Jepang baru ngikut debut agar jalan mereka lebih ‘mulus’. DBSK ingin dikenal dengan nama sendiri melalui usaha sendiri.
Rumor perpecahan antaranggota menjadi topik panas juga di Jepang. Media di sana membuat acara harian agar fans-fans DBSK ter-update oleh berita terbaru artis idola mereka. Hal ini bahkan membuat CEO Avex harus turun tangan untuk menenangkan para fans, dan meyakinkan mereka kalau aktifitas DBSK di Jepang tidak akan terganggu. Tampaknya pembagian keuntungan oleh agensi Korea mereka mengejutkan orang-orang di Jepang yang terbiasa dengan pemberian gaji setiap bulan dan jumlahnya dapat berubah. And Japanese could only love them even more.
Karena keadaan di Korea yang kacau total, DBSK harus sekali lagi mengambil hati para fans Koreanya. Sudah banyak rumor yang mengatakan bahwa ‘fans-fans DBSK yang tidak setia’ sudah siap men-support boyband baru beranggotakan enam orang yang dipersiapkan SME kalau-kalau DBSK keluar.
Fans Korea terkenal fanatik namun cepat berubah pandangannya. Dan DBSK seperti nabi-nabi yang tidak dihormati oleh ‘umatnya’ sendiri.
***
Commentaire:
WTF??! Bisa-bisanya SM membuat pengganti DBSK, mereka bahkan belum minggat! DBSK seharusnya bikin entertainment sendiri aja, toh SM kelihatan udah tidak menginginkan mereka. Sejak awal kan mereka cuma nuntut perbaikan kontrak. sudah ajak bicara baik-baik dicuekin SM, lewat jalur hukum malah dianaktirikan. Bahkan SM menghapus jadwal mereka selama DUA BULAN kedepan dengan alasan lagi court trial. Eff. Eff. Eff.
To keep you updated with the boys:
recent releases adalah AADBSK3 dimana ada couple talk (YOOSU INCLUDED!), dog talk (pembicaraan mengenai anjing peliharaan mereka) dan masih banyak lagi. Juga udah ada konser The secret code di TBS channel. Nantikan juga single “Colors ~Melody and Harmony~” yang merupakan duet JaeChun tanggal 30 September.